Twitter

  • home
Home » » SI SINGAMANGARADJA XII

SI SINGAMANGARADJA XII

Si Singamangaradja XII, dilahirkan pada tahun 1849 di tepi Danau Toba denagn di dahului berbagai pertanda alam yang penuh misteri. Keturunan si singamangaradja memang menyimpan legenda yang penuh mistis dan sacral.

Berbekal legenda gaibsilsilah dirinya, si singamangaradja XII yang bernam asli Patuan Besar Ompu PUlo Batu, dapat melakukan banyak hal di hadapan masyarakatnya yang percaya akan charisma Sang raja. Bila ia bertandang ke tempat-tempat lain dalam kerajaan Batak, ia disambut secara meriah sekaligus ketakutan. Orang-orang yang berdiri di jalan, langsung berlutut dan member hormat pada raja Si singamangaradja.

Oleh rakyatnya, raja yang berkedudukan sebagai pemimpin agama nenek moyang Batak (Permalim) ini, dipercaya mampu mendatangkan kebahagiaan dan sebaliknya kesusahan, tergantung sikap rakyat dalam menerima kedatanganya yang kerap kali menyamar, misalnya menjadi pengemis.

Si Singamangaraja XII, Pahlawan Nasional, Tokoh Pahlawan, Nama Pahlawan Nasional

Sebuah Desa, demikian dikisahkan, pernah dilanda banjir, karena penduduknya tidak mau memberikan air ketika ia lewat. Si Singamangaradja mengutuk, “nanti kau lihat air” dan datanglah banjir. Seorang pendeta Belanda yang meneliti suku Batak pada abad 18, Mr. Plitje, meyebutnya priesthood, orang suci. Bahkan penginjil Dr. John waruk menyebutnya raja rohani, bukan raja politik.

Pada pertengahan abad ke-19belanda mulai mengarahkan kekuasaan ke tanah Batak, setelh mereka selesai denagn Perang Paderi di Sumatra Barat. Begitu pula bagian utara Tanh Batak mulai mereka duduki setelah Perang  Aceh. Mereka juga melakukan pengawasan (kontrolir) di Balige, Tarutung dan Sipoholon.

Si Singamangaradja XII merasa tidak senang dan berusaha mencegah tumbuhnya kekuasaan Belanda di wilayahnya. Sepanjang tahun 1878, seranagn dilancarkan terhadap pos-pos Belanda di Tarutung, Balige dan Bakkara. Dalam peperanan ini, Si Singamangaradja XII menjalin kerjasama denagn beberapa panglima  Aceh dan Sumatra Barat. Seranagn mereka ke Tangga Batu pada tahun 1884 sangat berhasil.Belanda kemudian meningkatkan kekuatannya dan membunuh orang-orang yang dicurigai membantu Si Singamangaradja XII. Tetapi mereka tak menghiraukannya dan terus bertempur secara bergerilya menyerang pos-pos Belanda.

Akhirnya, Belanda mengumumkan untuk menangkap Si Singamangaradja XII hidup atau mati denagn imbalan sebesar 2000 Gulden. Namun, rakyat tidak mau menghianati rajanya. Belanda yang kesal membakar kampong-kampung, memaksa rakyat membayar denda, dan terus mengadakan pengepungan-pengepungan. Si SIngamangaradja XII selalu berhasil meloloskan diri. Dia keluar masuk hutan, dan mengungsi dari satu daerah ke daerah lainnya sambil terus mengadakan perlawanan.

Perang sudah berlangsung tiga tahun. Daerah pertempuran Si Singamangaradja XII semakin sempit. Pada tanggal 17 juni 1901, Belanda di bawah kapten Christoffel, mengetahui temapt persembunyian raja itu. Tempat itu kemudian dikepung, sehingga terjadilah pertempuran sengit.

Belanda mengancam Si Singamangaradja XII supayamenyerah, namun ditolak. Pert6empuran pun bergejolak lagi dan  SI Singamangaradja XII pun gugur, setelah putinya, LOpian lebih dahulu wafat. Beliau meninggal setelah 30 tahun lamanya mengorbankan peperanagn Batak dalam mengusir penjajah  Belanda dari negerinya.

Kematian SI SINgamangaradja XII diratapi oleh rakyatnya, jenazahnya diusung dari tempat tewasnya di hutan Sindias, kemudian dibawa ke pearaja, Lintong, dan kemudian disemayamkan sebentar di Panguruan. Dari Panguruan jenazahnya diseberangkan melewati Danau Toba menuju Balige, kemudian dikebumikan di Tarutung, bukit silindung pada 22 juni 1907.

Sampai sekarang. Kebesaran Si SIngamangaradja XII masih dikenang dan pengalaman hidup serta sikapnya menjadi teladan bagi masyarakat Batak. Beberpa mata air di lembah Bakara, Ambarita (Samosir) dan Salak, konon merupakan karya hasil kekuatan magis sang raja.

Penduduk setempat masih mempercayai si  singamangaradja sebagai seorang raja sakti. Demikian pun batu tempat duduknya di kaki Bukit Bakara, sampai sekarang tetap bersih, walaupun tak ada seorang pun yang membersih-kannya. Rakyat percaya bahwa Si Singamangaradja yang dianugerahi  gelar pahlawan Nasional denagn surat keputusan Presiden RI NO. 087/1973, tetep memlihara tempat itu.



Sumber:
http://id.wikipedia.org/wiki/Sisingamangaraja_XII
Buku: TOKOH & PAHLAWAN Seri Pejuang Kemerdekaan, Penerbit: PT. Lestari Kiranatama

Popular Posts